Sabtu, 08 Desember 2018

Pejuang NIP

Pejuang NIP

Pejuang Nomer Induk Pegawai😄. Ini kali kedua saya mengikuti tes cpns yang diadakan di provinsi Banten. Tes kali pertama pada tahun 2014. Pada saat itu tidak ada sama sekali niat ingin jadi aparatur sipil negara. Saya hanya ikut-ikutan saja, mengirim berkas, lalu lulus seleksi administrasi dan mengikuti tes. Tak ada persiapan, nyaris, sama sekali tak ada persiapan. Saya tak belajar, tak cari tahu apa itu tes sistem CAT, apa saja yang akan keluar. Intinya, saya daftar, lalu diberi kesempatan tes, maka saya ikut tes. Sempat dipinjamkan oleh teman materi simulasi tes, yang sampai saat ini belum saya buka. Pada hari H tes CAT bertempat di STIE Bina Bangsa, yang sekarang berubah menjadi Universitas Bina Bangsa, saya betul-betul enjoy. Tidak tegang, tidak cemas, tidak berharap lulus, juga tidak berharap tak lulus. Saling sapa teman kampus yang lama tak bersua, dan kala itu bersua untuk sebuah kompetisi, tes cpns untuk formasi guru Bahasa Inggris. Tes dimulai dengan daftar ulang, lalu penayangan simulasi tes, lalu tes. Saya begitu santai, sampai-sampai tidak sadar bahwa soal-soal yang muncul kok susah ya😬. Pengisian soal tetap saya lakukan, sampai akhirnya saya akhiri ujian itu. Taraaa... Nilai saya 355, sebuah nilai yang cukup besar dibanding teman-teman satu ruangan pada saat itu. Ketika melihat hasil di layar teve di luar ruangan, saya menempati urutan kedua dengan selisih 10 poin. Pada saat itu, saya tidak mengerti apa itu passing grade, TKP, TIU, TWK. Blaaass... Begitu saja. Terlewat dengan sebuah keputusan Tuhan, saya tidak jadi ASN saat itu.
Empat tahun terlewat, 2018 pemerintah mengadakan lagi tes serupa, perekrutan cpns serentak seluruh Indonesia. Sebuah kabar gembira bagi para pendidik dan lulusan ilmu keguruan. Semua berlomba mendaftar, hampir 3 juta pelamar se Indonesia. Kali ini, cara melamar berbeda dengan tes 2014, semua satu pintu, satu portal, yang disiapkan pemerintah melalui BKN. Mendaftar secara online, mengirim berkas secara online, bikin rieut alias pusing orang yang gaptek. Dan, untuk kali kedua saya pun ikut. Pada kesempatan ini, saya bersungguh-sungguh ingin lulus. Setelah pengumuman pembukaan tes cpns, saya mulai belajar materi-materi yang katanya keluar pada tes itu. Padahal, daftar saja belum. Mulai pendaftaran, begitu penuh perjuangan, untuk membuat akun di portal tersebut tak bisa sekali duduk. Sesekali saya masak dulu, membereskan rumah dulu, dan begitu seterusnya. Sampai akhirnya, I did it. Saya terdaftar, punya akun, lamar formasi, lalu akhiri pendaftaran. Proses itu tidak begitu saja terlewat, aturan swafoto sambil memegang KTP dan kartu akun sempat bikin pusing. Ditambah aturan kapasitas ukuran dokumen yang beberapa kali mesti saya compress agar bisa sesuai persyaratan. Pokoknya panjang dan menguras sumur, ups...menguras air mata bidadari.
Menunggu hasil seleksi administrasi pun tak kalah dag dig dug, saya merasa ada yang salah saat saya unggah dokumen, namun karena sudah final, maka tak bisa diubah lagi. H2C. Hampir satu bulan sejak saya melakukan final pendaftaran pengumuman baru keluar, dan saya lulus seleksi administrasi. Selama satu bulan itu saya tak berhenti belajar, siang malam, anak tidur, di dapur, di toilet (waduh). Saya ingin lulus, that's it. Apalagi ibu saya berharap demikian pula. Lalu saya pun lebih rajin tahajjud, berdoa, agar ikhtiar saya seimbang dan berharap bisa menembus langit. 
Hari tes pun tiba, jadwal saya sesi empat pukul 14.30. Paginya, suami bilang agar saya santai saja, PNS bukan segalanya. Yang membuat saya tambah pusing, dia bilang "Pak anu, Pak itu juga bukan PNS istrinya bisa dua". Jleb... Walau bergurau tapi mengganggu pikiran haha. Entah hanya alibi saya yang memang sudah dag dig dug sejak awal. Berangkat ke tempat tes menggunakan motor, seorang diri, Serang Pandeglang.
Singkatnya, sejak di ruang penayangan simulasi CAT jantung saya berdegup kencang, mempengaruhi sakit kepala saya yang semakin bertambah. Saya pegang mouse sambil bergetar. Saya terus berdoa, Allahumma yasir, yasir, yasir. Mudahkan, mudahkan ya Allah. Dan... Tiba-tiba saya ngeblank. Materi-materi yang sudah saya pelajari sangat sedikit sekali yang keluar. Rata-rata soal cerita. Saya isi dengan ketidakyakinan. Sisa waktu masih sepuluh menit. Saya sudah pasrah. Prediksi saya pada saat itu, skor saya akan kurang dari 300, mungkin sekitar 270 atau buruknya hanya 240 an. Tak terpikir lagi untuk mengecek ulang jawaban, saya sudah pusing. Saya akhiri saja ujian ini. Muncul skor 351, saya tersenyum. Lalu kemudian lemas ketika menihat nilai TKP yang tak melampaui passing grade. Allah baiklah. Ini takdirMu. Lunglai keluar dari ruangan. Pulang dengan perasaan aneh campur aduk. Ingat anak yang ditinggal sedari tadi.
Lalu ada kabar sedikit menggembirakan. Bahwa banyak peserta yang tak lolos passing grade, akhirnya pemerintah memutuskan adanya perankingan. Maka saya termasuk yang berharap tidak ada yang lolos passing grade di formasi yang saya pilih, lalu saya masuk dalam perankingan, karena skor 351 itu termasuk tinggi.
Menunggu lama pengumuman hasil SKD. Masih terus berdoa dan berharap. Mungkin faktor usia juga yang menyebabkan saya begitu ngarep, bisa jadi ini kesempatan terakhir saya tes cpns, usia 33 tahun, dan kalau diadakan baru empat tahun lagi, usia saya sudah melewati batas maksimal. Saya juga suka tes seperti itu, menguji diri, dan mengasah otak, masih lancip atau sudah tumpul. Melalui suami, saya tahu bahwa pengumuman sudah bisa dilihat di akun sscn saya. Dag dig dug membuka, loading, dan tarraaaaa.... Hasilnya P2 saja. Masuk perankingan tapi tidak lolos ke tahap selanjutnya. Itu artinya pasti ada yang lolos passing grade pada formasi saya. Lemas, sedih, yaa manusiawi. 



Sempat bertanya kenapa Allah begitu. Menghibur diri bahwa anak-anak butuh saya di rumah membersamai mereka. Support dari suami terus mengalir. Saya merasa lucu. Kenapa saya harus begitu. Dan tulisan ini akan saya baca kembali lain waktu, ketika sebenar-benarnya hikmah Allah dari kejadian ini bisa saya temui dan saya lihat, lalu saya mengatakan, "Ooh.. Begitu toh rencana Allah, masya Allah".
Dari pengalaman saya ini, saya membuat tips agar bisa melakukan yang terbaik saat tes cpns, walaupun hasilnya belum lulus, dan itu kuasa ilahi.
1. Pertama, niatkan sebaik-baiknya niat untuk apa kita ingin menjadi PNS
2. Mintalah doa dan restu orangtua. Langit sungguh mudah terbuka saat untaian kata keluar dari lidan mereka.
3. Belajar. Membiasakan mengerjakan soal-soal yang pernah keluar. Walaupun belum pasti apa yang akan keluar, tapi ini salah satu penyempurna ihtiar.
Baca juga tulisan teh Abay Blogger Banten Belajar Pantang Kelar
4. Ini yang sangat penting menurut saya, yaitu PERCAYA DIRI, saya sengaja capslock karena kemarin yang terjadi pada diri saya,terlalu banyak lihat grup orang-orang yang mengikuti tes cpns, harus begini, harus begitu, mengerjakan bagian ini dulu, lalu itu, terkhir ono. Aahh.. Semua membuat saya tidak menjadi diri sendiri, bahkan sakit kepala saat hari H.
5. Berstrategi sesuai kemampuan diri sendiri. Kita mau mulai dari mana, yakin saja.
6. Banyak berdoa, biar tidak malu pada Allah.
7. Apapun hasilnya, itu sudah menjadi keputusan Allah. Tidak semua yang kita inginkan, mesti Allah kabulkan. Dia bisa ganti dengan yang lebih baik, mengganti dengan yang indah di akhirat, pokoknya husnudzon saja. Noted, saya sedang dalam proses ini.
Cerita ini akan menjadi kenangan indah buat saya, dan mungkin anak cucu saya kelak. Ini lucu, dan pada bagian ini saya sambil tertawa, apalagi ketika ingat pada pertanyaan hati, "kenapa Allah gitu". Jawabannya nanti saya akan tahu. Insya Allah. Astagfirullah.


Tulisan ini dibuat untuk menjawab tantangan menulis blog bersama Mildaini dan Blogger Banten


Selasa, 04 Desember 2018

Hingga Esok

Hingga Esok

Aku ingin hidup bersamamu seribu tahun lagi
Melangkah ringan sambil tersenyum
Berpegangan erat tak ingin saling lepas

Jika tak bisa seribu, aku ingin hidup denganmu limaratus tahun lagi
Menikmati alunan candamu
Mengusap peluh perjuanganmu
Membasuh kaki retakmu

Jika tak boleh limaratus
Aku ingin hidup denganmu seratus tahun lagi
Sambil memilah luka dan suka
Menyimpannya dalam dua tempat berbeda
Agar aku bisa merasakan
Aroma kehidupan yang terkadang tak mampu menjadi seperti yang kumau

Lalu seandainya seratus pun tak bisa kutempuh
Aku ingin hidup denganmu sampai esok
Membangunkan lelapnya tidurmu
Mengganggumu dengan sisi manja keperempuananku
Memintamu menyisir rambutku
Menyuruhmu membeli sayur
Lalu kita tertawa
Saling lempar umpatan canda, kala jumpa pertama

Baiklah
Aku ingin hidup denganmu sampai esok saja

Senin, 03 Desember 2018

Tentang akhlaq

Nilai sekolah bukanlah segalanya

Ibu-ibu yuk kita prioritas pada pengembangan karakter positif pada anak-anak. Kita seimbangkan antara pembelajaran di sekolah dan di rumah. Di sekolah, sudah pasti anak2 diajarkan hal-hal positif,akhlaq yang baik, bagaimana mengantri,bagaimana makan dan minum pakai tangan kanan dan sambil duduk, menutup aurat,berkata baik, dan sebagainya. Di rumah, kita perkuat lagi hal-hal tersebut, agar akhirnya anak2 kita aman bertemu dengan anak2 yang lain di sekolah,yang juga oleh orangtuanya dibangkitkan karakter positifnya. Pendidikan bukan sepenuhnya tanggung jawab sekolah,karena nanti di akhirat kitalah sebagai orangtua yang dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Soal nilai yang berupa angka dan sejenisnya insya Allah akan mengikuti,ketika anak2 kita sudah memiliki karakter pembelajar yang tangguh. Jangan lupa ajak ayahnya dalam kerjasama dunia akhirat ini. Karena ayah bukan saja sebagai pencari nafkah, tapi juga penunjuk jalan bagi keluarganya menuju jalan kebaikan. Karakter ayah dan ibu dalam mendidik tentulah berbeda, oleh karenanya anak2 butuh didikan keduanya dalam mengarungi kehidupannya saat ini dan esok. Ayah dan ibu bekerjasama dengan baik dalam pengasuhan, insya Allah semoga anak2 kita memiliki jiwa yang kuat dalam mengahadapi keanehan dunia yang semakin aneh ini. Dan salah satu yang aneh adalah gedget. Yuk jauhkan anak dari gedget
(self reminder)

Minggu, 02 Desember 2018

Jauhkan Anak dari Gedget

Yuk, jauhkan anak dari gadget!

Saya kok sangat risih sekali ya. Di setiap sudut pusat keramaian, seperti mall, pasar, fasilitas umum kompleks, klinik, ruang tunggu, bank, dan lain-lain, seringnya saya jumpai anak-anak asyik dengan gedgetnya. Di klinik misalnya, sambil menunggu antrean, anak-anak itu asyik menundukkan kepala sambil tangan berseluncur di layar smathphone. Bagaimana orangtuanya? Main hp juga. Haha.. Ups.
Justru saya kok merasa miris yah. Bagi saya anak-anak pandai mengoperasikan smartphone itu bukan sesuatu yang membanggakan, tapi sedih. Maak... Belum saatnya. Kasihan mata mereka, kasihan jari mereka, dan kasihan otak mereka. Terus gimana donk, susah banget bikin mereka lepas dari gedget? Pertanyaan yang sering muncul dari para mahmud abas (mamah muda anak baru satu), dan mahmud-mahmud berbuntut banyak😁.
Anak saya bisa tantrum alias ngamuk, daripada bikin malu ya kasih gedget aja, suruh main game, anteng, emak babeh tenang. Adalagi, kerjaan emak-emak itu banyak beud, supaya bocah ga ngerecokin, kasih hp, diem. See... Intinya dari kita sebagai orangtua, pengen anak anteng, diem, tenang, duduk manis, gedget obatnya. Astagfirullah.
Sebagai emak-emak anak dua, saya termasuk yang 'sadis' dalam penerapan kebijakan penggunaan gedget bagi anak-anak. Gimana ga sadis, anak saya baru boleh pegang gedget (untuk main game) ketika usianya 5th an, itu pun hanya boleh di Sabtu dan Ahad. Waktu yang diperbolehkan di pagi hari setelah sarapan, siang hari setelah makan siang dan salat, serta sore hari setelah mandi, well masing-masing waktu tersebut hanya boleh bermain selama 15 menit. Total sehari 45 menit. Sekarang, si sulung sudah masuk SD, waktu bermain game di hp saya kurangi lagi, hanya di hari ahad 3x sehari seperti peraturan sebelumnya. Ampuh? Iya ini ampuh. Anak saya mau diajak kerjasama. Saya tegas. Gak ada tawar menawar. 
Penerapan itu bukan tanpa hambatan, anak saya kadang berstrategi,supaya bisa bermain hp di luar waktu yang ditentukan. Misalnya ketika ada tamu, dia merengek minta hp, dan hati saya pun luluh untuk tetap tidak memberinya hp, haha... Kontra begini pernyataannya yah. Ya memang, saya ga boleh kalah sama anak saya. Tegas judulnya😆.
Di bawah ini sedikit ramuan semoga ampuh agar anak-anak kita tidak doyan main gedget.

1. Tekad
Kalau kita masih single, jomblo fii sabilillah,alias belum nikah,buatlah tekad anak saya ga boleh kecanduan gedget. Kalau kita just married bin penganten anyar, yuk ajak pasangan untuk menerapkan hal itu. Jika anak masih kecil usia setahun dua tahun, insya Allah lebih mudah untuk tidak mengenalkannya gedget. Kalau sudah terlanjur? Simak ramuan selanjutnya.

2. Komitmen.
Komitmen seluruh keluarga. Ayah, bunda ,kakak, adik. Jika ada keluarga lain di rumah kita, mereka pun harus berkomitmen, bahwa aturan anak beramin gedget sudah diatur dalam undang-undang keluarga,haha...apa coba. Iyah, keluarga kita semuanya harus pegang komitmen itu. Jangan lantas, karena kasihan, nenek, atau kakek, bisa jandi tante, memberi kesempatan kepada anak kita untuk bermain hp di luar waktu yang gelah ditetapkan.
3. Teladan
Penting loh moms, bund, ayah, daddy, untuk kasih teladan yang baik bagi anak-anak kita. Mereka dilarang main gedget lah emak bapake autis bersama gedgetnya lupa daratan, jawab grup,cengengesan, anak kelaparan. Berilah contoh bahwa ayah bunda pun ga sering pegang gedget (kecuali ga di depan anak-anak,😱😃 wah sesat nih). 
4. Beri penjelasan
Ada aturan, harus ada penjelasan. Jangan sampai bikin aturan, ga puguh alang ujurna (lihat di KBBI😂🤭), dengan kata lain, nih aturan, .kamu harus menjalani. Kalau nggak nurut, bla bla bli bli blu blu. Anak bingung. Bengong deh. Nak, kalau kamu sering lihat hp mata kamu gimana? Agak pusing gitu yah...dst. Obrolkan, sehingga aturan itu jelas.
5. Hanya ada satu game dalam satu hp
Ini salah satu cara saya membuat anak ga 'sakau' minta hp. Game nya cuma satu, di hp bapaknya pula. Di hp saya gak ada game sama sekali. Coba ibu-ibu cek di hp nya ada berapa macam game di sana. Hapus lah hahaha.
6. Bermainlah
Bermainlah bersama mereka. Menggambar bersama, main air, ke perpustakaan daerah, dan banyak lagi hal-hal yang jauh lebih positif dibanding anak pegang gedget.


Itu saja ramuan dari saya. Semoga racikannya bisa mengubah dunia (so sweet). Saya mau semua anak tumbuh sebagaimana mestinya anak-anak. Ceria, motorik terasah, cerdas, kuat, dan semua itu tidak didapat dari gedget

#bebasgedget
#selamatkanAnakIndonesia